Sejarah Musik Campursari Dari Masa ke Masa

Sejarah Musik Campursari Dari Masa ke Masa

Istilah campursari dalam dunia musik nasional Indonesia mengacu pada campuran (crossover) beberapa genre musik kontemporer Indonesia. Nama campursari diambil dari bahasa Jawa yang sebenarnya bersifat umum. Musik campursari di wilayah Jawa bagian tengah hingga timur khususnya terkait dengan modifikasi alat-alat musik gamelan sehingga dapat dikombinasi dengan instrumen musik barat, atau sebaliknya. Dalam kenyataannya, instrumen-instrumen 'asing' ini 'tunduk' pada pakem musik yang disukai masyarakat setempat: langgam Jawa dan gending.


Secara harfiah campursari artinya campur aduk, campur baur atau gabungan dari beraneka macam dan ragam. Campursari merupakan salah satu bentuk kesenian musik yang hidup berasal dari Jawa. Bentuk musik ini merupakan perpaduan permainan alat musik  berskala nada pentatonis (tradisional Indonesia) dan berskala nada diatonis (Barat), dimana dalam musik ini para seniman mencoba memadukan dua unsur musik yang berbeda untuk dapat memunculkan suatu bentuk musik yang baru. 

Campursari ini konon dipopulerkan oleh Ki Narto Sabdo melalui pertunjukan wayang kulit yang dimainkannya, namun musik campursari yang disuguhkannya masih dalam bentuk corak lama yaitu perpaduan gamelan asli dengan keroncong. Sementara campursari yang ada sekarang lebih dikenal dengan  campursari  modern  yang  dipopulerkan oleh Manthous bersama saudara-saudaranya pada awal tahun 1993.

Manthous dengan kepekaaan musikalitasnya mengadakan inovasi besar-besaran terhadap campursari lama. Ia mencoba menggabungkan alat-alat musik tradisional jawa klasik seperti kendang, gong dan gender dipadu dengan alat musik keroncong seperti ukelele, cak dan cuk, seruling, bass betot, serta instrument lainnya. Perpaduan alat musik tersebut menghasikan irama yang lumayan enak,terasa komplit, dan ada gregetnya jika dibandingkan irama kroncong maupun gending jawa klasik sebelumnya. 

Manthos juga mencoba bereksperimen  dengan memasukkan  instrument pengganti bass betot dan gitar klasik, yaitu dengan memasukkan bass dan gitar elektrik serta keyboard (piano elektrik) untuk menggantikan seruling dan ukelele. Kehadiran keyboard ini semakin menghidupkan musikalitas campursari dan bunyi yang dihasilkan sangat sempurna. Ada lagi tambahan berupa seperangkat drum, terciptalah kesempurnaan yang diinginkan dari musik campursari yang sesungguhnya. Selain itu dia juga mengadopsi musik dangdut ke dalam musik campursari ini walaupun tidak secara ekplisit, melainkan dalam beberapa baris tertentu. Pada pertengahan tahun 1990-an, muncullah musisi-musisi campursari seperti Maryati, Waljinah, Ngatirah, serta Didi Kempot.

Tokoh Musik Campursari

Campursari pertama kali dipopulerkan oleh Manthous dengan memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan pada sekitar akhir dekade 1980-an melalui kelompok gamelan "Maju Lancar". Kemudian secara pesat masuk unsur-unsur baru seperti langgam Jawa (keroncong) serta akhirnya dangdut.

Ada beberapa tokoh campursari, namun yang patut untuk dibicarakan di sini karena pengaruhnya yang cukup kuat adalah Manthous dan Didi Kempot. Mengenai dua tokoh ini, pembicaraan lengkap akan dituliskan pada bagian berikut ini.

  1. Manthous : Manthous lahir di Desa Playen, Gunung Kidul pada tahun 1950. Ketika berusia 16 tahun, Manthous memberanikan diri pergi ke Jakarta. Pilihan utamanya adalah hidup ngamen, yang ia anggap mewakili bakatnya. Namun, pada tahun 1969 dia bergabung dengan orkes keroncong Bintang Jakarta pimpinan Budiman BJ. Kemudian, pada tahun tahun 1976, Manthous yang juga piawai bermain bas mendirikan grup band Bieb Blues berciri funky rock bersama dengan Bieb anak Benyamin S. Bieb Blues bertahan hingga tahun 1980. Kemudian, Manthous bergabung dengan Idris Sardi, dalam grup Gambang Kromong Benyamin S. Selain itu, sebelumnya ia pernah juga menjadi pengiring Bing Slamet ketika tampil melawak dalam Grup Kwartet Jaya.

  2. Didi Kempot : Didi Prasetyo, atau lebih dikenal dengan Didi Kempot, adalah tokoh campursari pasca-Manthous. Didi Kempot yang lahir di Solo, 31 Desember 1966, itu hanya jebolan kelas II SMA. Awalnya anak dari Ranto Eddy Gudel, pelawak terkenal dari Solo itu adalah seorang pengamen. Dari dunia "jalanan" itulah, lahir lagu-lagunya yang kemudian menjadi hit, seperti Stasiun Balapan, Terminal Tirtonadi, Tulung, Cucak Rowo, Wen-Cen-Yu, Yang Penting Hepi, dan Moblong Moblong. Khusus untuk Cucak Rowo, sebenarnya lagu ini merupakan remake atau pembuatan ulang dari lagu lama di Indonesia.
 Didi Kempot
Didi Kempot

Manthous
Manthous

Daftar Penyanyi Campursari

Ada beberapa penyanyi terkenal dalam dunia musik campursari. Di antara mereka bahkan ada yang juga berprofesi sebagai pencipta lagu. Beberapa yang patut dibicarakan di sini, akan dijelaskan secara detail di bawah ini pada kesempatan lain.
  • Manthous
  • Didi Kempot
  • Nurhana
  • Anik Sunyahni
  • Sulasmi
  • Koko Thole
  • Cak Diqin
  • Sonny Josz
  • Dhimas Tedjo
  • Soimah Pancawati
  • Joshua Surherman
  • Nur Bayan
0 Komentar untuk "Sejarah Musik Campursari Dari Masa ke Masa"

Back To Top